Bertempat di aula Kelurahan Pamulang Barat Fatayat NU Kota Tangerang Selatan bersama KOPRI PMII mengadakan Seminar Arisan Literasi Digital yang bertajuk “Waspada Jejak Digital Untuk Karir Masa Depanmu”. Acara yang diikuti oleh Pengurus Kader Fatayat NU dan sejumlah kader KOPRI PMII komisariat Universitas Pamulang ini berlangsung kondusif.
Dengan menggandeng Narasumber Tika Dian Pangastuti, S.S (Pegiat Literasi Digital), Ramadhan (Pegiat Media Sosial dan Peneliti Arus Survei Indonesia) dan Mega Yuliana Lukita (Wakil Ketua II PC Fatayat NU Kota Tangerang Selatan) seminar ini bertujuan untuk mengedukasi kaum millennial mengenai penerapan prinsip etika digital agar pengguna dapat memahami bentuk-bentuk jejak digital sehingga dapat menerapkan sistem keamanan diri selama berinteraksi menggunakan media sosial. Karena dewasa ini perkembangan arus informasi dan komunikasi telah mengalami peningkatan jumlah pengguna, maka harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas literasi digital agar masyarakat mampu memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna.
Menurut Tika Dian Pangastuti, S.S dalam paparannya menjelaskan bahwa dengan segala informasi yang tersedia, jejak digital perlu diwaspadai sebab data pengguna media digital yang ditinggalkan saat menggunakan perangkat digital menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kaum muda karena menyangkut reputasi masa depan. Bahkan di era dewasa ini beberapa instansi seperti Perusahaan, Pemerintah, Swasta dan Lembaga sosial lainnya menjadikan media sosial sebagai tolak ukur dalam menjaring pengurus dengan melihat interaksi pengguna, mengidentifikasi perilaku dalam kelompok, lingkaran pertemanan serta minat seseorang.
“Bentuk-bentuk jejak digital antara lain penyebaran foto, video, komentar yang diberikan di sosial media atau informasi yang dituliskan di sosial media, ulasan pembelian dalam aplikasi marketplace serta transaksi perbankan digital,” terang Tika Dian Pangastuti, Minggu 16/07/23).
Di kesempatan yang sama Mega Yuliana Lukita menuturkan bahwa di era teknologi digital ini kita semua harus membangun kepedulian terutama dari diri sendiri selama berinteraksi digital agar masa depan kita semua tetap aman, bersih dan mampu dipertanggung jawabkan.
“Seperti pepatah saat ini Jempolmu adalah harimaumu, tetap bijak sebagai pengguna dalam melakukan aktivitas digital,” pungkasnya.
Selain itu Ramadhan (sebagai pegiat media sosial dan Peneliti arus survei Indonesia) menjelaskan saat ini pengguna aktif sosial media di Indonesia saat ini mencapai 191,4 juta orang pengguna. Ini artinya per tahun terus mengalami kenaikan signifikan jumlah pengguna, tentunya harus diimbangi dengan literasi digital yang baik. Tanpa diimbangi literasi digital yang baik, pengguna akan berpotensi meninggalkan jejak digital yang akan tersimpan selama 20 tahun dan untuk menghapusnya memerlukan waktu yang cukup Panjang.
“Cara terhindar bahaya jejak digital yaitu dengan menjadikan medsos sebagai ruang ekspresi positif, membangun personal branding/brand value, menjadi produser konten sendiri yang bertanggung jawab, hindari menghujat, menghina, melecehkan seseorang di sosial media, stop oversharing serta pikir ulang sebelum posting,” ujar Ramadhan.
Meninggalkan jejak digital merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari di era modern ini. Maka dari itu perlu kiat kiat digital agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selain tu di era saat ini, masyarakat harus memiliki beberapa sikap yakni berpikir kritis dengan mengetahui situasi kondisi Negara dan Bangsa saat ini, mempunyai wawasan kebangsaan serta menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian. Waspada jejak digital, sayangi masa depanmu. (Red).